
Ilustrasi udeng Bali (Foto: Unsplash/Komang Gita Khrisna Murti)
Balimemo.com - Di Jawa Tengah penutup kepala tradisionalnya populer dengan sebutan blangkon, sementara sebutan dalam masyarakat sunda dikenal sebagai totopong.
Lain daerah, lain pula nama dan bentuknya. Di Bali, penutup kepala yang biasa digunakan masyarakatnya disebut dengan Udeng. Kain yang digunakan sebagai penutup kepala itu bukan sekadar aksesoris belaka, namun ada makna yang tersemat kepadanya.
Udeng terbuat dari kain dengan panjang sekitar 50 sentimeter. Pembuatnya memerlukan keterampilan dan ketelitian untuk membentuknya. Ikat kepala ini digunakan oleh laki-laki dan tidak terbatas pada status sosial tertentu.
Secara filosofis, Udeng ialah simbol `ngiket manah` atau pemusatan pikiran. Secara bentuk udeng memiliki bentuk yang tak simetris, bagian kanan yang lebih tinggi bermakna agar pemakainya untuk selalu berbuat kebaikan.
Ikatan di tengah kening melambangkan pemusatan pikiran, sementara ikatan yang mengarah ke atas berarti representasi pemikiran yag lurus sebagai wujud pemujaan keada Tuhan.
Konsep Trimurti dalam ajaran Hindu juga tercermin dalam udeng. Tarikan ujung kain di sebelah kanan melambangkan Wisnu, tarikan di sebelah kiri melambangkan Brahma, dan tarikan ke arah bawah melambangkan Siwa.
Selain itu, ada beberapa jenis udeng, seperti udeng jejateran yang dipakai untuk ibadah dengan warna putih polos atau putih bercorak kuning, dan udeng dara kepak yang dipakai oleh para pemimpin adat dengan ciri khas penutup kepala.
Kemudian warna dari udeng juga melambangkan makna tertentu. Udeng hitam dipakai saat berkabung, sementara udeng dengan warna batik atau selain hitam dan putih digunakan untuk kegiatan sosial lainnya.
Udeng bukan hanya dilihat sebagai aksesoris, namun ada makna yang terbentuk dari proses dan telah menjadi bagian penting dari kehidupan dan tradisi masyarakat Bali.
TAGS : Udeng Ikat Kepala Tradisional Bali